Rabu, 24 April 2013

Banjarmasin : Pasar Terapung & Permata Martapura

 

Belum ke Banjarmasin kalau belum ke Pasar Terapung. Yak, itulah saran dari temanku orang Banjarmasin sewaktu aku ke sana untuk suatu perjalanan dinas. Setelah tugas dinas selesai, maka aku memutuskan untuk mengubah jadwal pesawat kelas Y yang aku gunakan dari semula pagi jam 7 ke jam 5 sore. Hal ini supaya aku bisa ke pasar terapung di Sungai Barito dan jalan-jalan ke Martapura. Sehari sebelum ke pasar terapung, aku sempatkan kuliner makanan khas di sana. Makanan yang paling terkenal adalah Soto Banjar Bang Amat yang terletak di pinggir sungai dekat jembatan di daerah Benua Anyar.

Soto Banjar yang ada Bang Amat ini sedikit berbeda dengan yang ada di Balikpapan. Soto Banjar di Banjarmasin ini terdiri dari ketupat, daging ayam yang utuh dan yang sudah di potong kecil-kecil, telur utuh dan telur yang dihancurkan dan juga macam-macam lainnya. Untuk rasa, memang nikmat dan recommended untuk di coba :D . Sebenarnya di sini kami juga memesan sate ayam, namun karena lama sekali membakarnya, akhirnya kami membatalkan sate ayamnya :(
Kenyang dengan soto, kemudian kami membeli beberapa oleh-oleh sekalian. Oleh-oleh di Banjarmasin dan Balikpapan ternyata juga sama, yaitu berupa Amplang. Setelah membeli oleh-oleh, kemudian aku balik ke hotel untuk beristirahat dan persiapan besok pagi jam lima menuju ke Pasar Terapung. Supaya bisa bangun, maka gunakan saja fasilitas wake up call nya hotel sambil sekalian daftar perahu untuk ke Pasar Terapung. Kebetulah hotel tempat kami menginap yang berada di depan sungai Martapura menyediakan fasilitas kapal gratis bagi tamu yang menginap di sana untuk perjalanan via sungai menuju ke lokasi Pasar Terapung. Tepat jam lima pagi kami mulai berangkat dari dermaga di depan hotel menyusuri sungai Martapura menuju sungai Kuin. Dari Sungai Kuin kemudian menuju sungai yang paling besar, yaitu sungai Barito.
Di sungai Barito inilah terdapat Pasar Terapung. Total perjalanan lewat sungai dari depan hotel ke lokasi pasar terapung ini kurang lebih selama 1 jam. Setelah sampai di sana, ternyata pasar terapung yang dalam bayanganku merupakan pasar yang ramai, ternyata tidak terlalu ramai :( . Sepertinya jumlah yang datang ke sana untuk berlibur jauh lebih banyak dari pada penjual yang ada di sana. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang berada di atap kapal dengan menggunakan kamera berbagai jenis yang sedang sibuk menjepretkan kamera mereka dan kemudian sibuk mencari angle yang tepat untuk mengambil gambar selanjutnya.

Well, back to topic. Para penjual di sana menjual dagangannya dengan menggunakan perahu kecil yang dalam bahasa setempat di sebut dengan Jukung. Kebanyakan yang diperjualbelikan adalah buah-buahan, sayuran, dan makanan kecil (jajan). Selain itu, terdapat juga beberapa penjual yang menjual makanan khas Banjarmasin seperti Soto Banjar dan Nasi kuning khas Banjarmasin. Mereka menjual dagangannya dengan menggunakan Jukung yang lebih besar, terapung ditengah sungai dengan riak-riak kecilnya. Jika hendak membeli makanan tersebut maka kapal pembeli harus didekatkan dengan kapal penjual dan kemudian kapal pembeli diikatkan pada kapal penjual dengan menggunakan tali. Setelah itu, bisa dilakukan transaksi seperti memesan minuman atau makanan.

Untuk mengambil makanan seperti gorengan yang biasanya diletakkan di tengah kapal (jukung), pembeli bisa mengambilnya dengan menggunakan tongkat yang disediakan oleh penjual yang diujung tongkat tersebut ada semacam logam mirip paku untuk menusuk dan kemudian mengambil makanan yang diinginkan. Well, kemudian saya berpikir, kalau penjual makanan itu menggunakan gelas dan piring di atas sungai, lalu di manakah mereka mencuci gelas dan piringnya? Dan yak langsung terjawab sudah secara live. Ternyata mereka mencuci gelas dan piring tersebut di sungai saja…ha..ha..ha.. untung saya tidak membeli makanan/minuman dan cukup senang hanya melihat saja.
Puas melihat pasar terapung, kemudian kami menuju pulau yang terletak di tengah sungai Barito, yaitu pulau Kembang. Pulau tersebut ternyata digunakan untuk konservasi kera.

Ketika kapal kami datang, kera-kera langsung berada di atas kapal meminta makanan. Di sini kami tidak masuk ke dalam pulau tersebut dan hanya berada di sekitarnya saja. Kera di sini sepertinya kera modern karena lebih tertarik diberi roti daripada diberi pisang :D . Setelah itu, kami kembali menuju hotel. Dalam perjalanan menuju hotel, di samping kanan dan kiri hotel banyak masyarakat yang tinggal di tepi sungai melakukan mandi, mencuci, maupun memasak dengan menggunakan air sungai. Hm…apa ya sehat seperti itu yak?
Setelah sampai ke hotel, kami sarapan, packing, dan bersiap-siap ke Martapura. Perjalanan ke Martapura ditempuh kurang lebih selama satu jam dengan menggunakan mobil. Di sana makanan yang terkenal ternyata sate. Di deket pejual sate itu terdapat masjid yang besar dan sangat indah. Sayang tidak mengambil gambar masjid ini karena kamera ketinggalan di mobil:( . Oya, kata orang Martapura, kota Martapura ini disebut sebagai Serambi Mekkah karena kuatnya dan religiusnya masyarakat di sana. Setiap tempat selalu ada tulisan arabnya pada plang papan tempat tersebut. Bahkan yang akan pergi Haji di sana harus antri selama 7 tahun karena banyaknya peminat. Setelah itu, kami menuju pasar perhiasan permata yang ada di dekat masjid.

Di pasar perhiasan ini, barang yang dijual berupa perhiasan batu-batuan permata mirip dengan yang ada di pasar kebun sayur di Balikpapan, hanya saja tempat pasar ini sudah ditata dengan bagus dan lebih modern sehingga lebih nyaman dan lebih enak untuk berbelanja. Udara yang panas di pasar tersebut membuatku untuk tidak berlama-lama di sana. Selain itu, hujanpun segera datang rintik-rintik. Setelah berbelanja, kami menuju bandara untuk penerbangan menuju Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar